Hidup: Proses Memilih

4:38:00 PM

Assalamualaikum, selamat tahun baru untuk semua saudara pembaca ku semua, di tahun yang baru, semoga lembaran hidup kalian semua lebih indah dari lembaran yang lama, dan semoga ketika kalian membaca tulisan ku kali ini, kalian dalam keadaan sehat selalu, aamiin. Seperti biasa, mari kita bercerita sedikit, kali ini tentang persoalan kehidupan, syedap.

Beberapa waktu yang lalu, ntah ada angin apa, aku di hubungin sama salah satu teman tongkrongan lama ku yang sebut saja namanya Joko, biasalah, say Hi, nanya kabar dan skripsi hal lainnya. Hingga pada akhirnya, timbul sebuah pernyataan dari doi.

"Mana aja kau, kok dah gak pernah dateng lagi kemari, sombong kali kau!" - Joko, 21 tahun

Skip di pernyataan doi ya, aku mau cerita dulu, memang untuk beberapa bulan belakangan ini, aku cuman ngumpul atau nongkrong dengan beberapa orang saja, udah gak seperti dulu lagi, yang rutinitas nongkrong dengan beda beda orang itu aku anggap biasa, yang malem ini dengan siapa, besok dengan siapa, lusa dengan siapa.

Bukan aku anak gaul, hanya saja aku mengakui, selama 21 tahun aku hidup, ruang lingkup permainan dan pergaulan aku udah bisa dikatakan luas, berteman mulai dari yang paling bejat hingga yang paling alim, semua aku temanin, karena pada dasarnya aku gak pernah milih milih teman, selagi aku bisa ambil positifnya dan gak ngikutin negatifnya, kenapa harus milih milih.

Perkara milih milih ini yang sekarang benar benar aku rasain, seperti yang aku bilang tadi, beberapa bulan ini, aku hanya ngumpul dengan orang itu itu aja, alasannya sederhana, aku di tampar sama pikiran tentang masa depan. Naif memang, tapi itulah yang aku rasain sekarang.

Kejadian ini timbul pada suatu malam, sekitar jam 7an, aku baru bangun tidur, biasalah namanya juga manusia kalong, tidur pagi, malamnya baru beraktivitas, aku langsung siap siap mandi setelah itu rencana mau berangkat ke tempat tongkrongan, tapi, setelah siap mandi dan make baju, aku dapat telfon dari Kepala Negara alias Bapake di rumah, doi nanya lagi ngapain dan aku jawab baru bangun terus abis mandi mau pergi ke tempat biasa nongkrong. Tiba tiba, doi ngomong gini.

"Mau sampai kapan kaya gitu terus? Kau tuh udah tua, mau sampai kapan diam di tempat aja?" - Kepala Negara.

Bajingan, aku langsung diem cuy, gak tau mau ngomong apa, disitulah aku mulai mikir, emang iya, udah saatnya aku mulai memilih dengan siapa aku harus menghabiskan waktu, karena disaat kaya gini aku butuh orang orang yang bikin aku bergerak untuk ngelakuin sesuatu yang setidaknya berguna kedepan, tidak hanya sekedar memikirkan perkara senang senang yang ketawa ketiwi aja.

Bukan, bukan aku gak mau berteman lagi dengan teman teman aku yang seperti itu, aku cuman pergi sebentar dari zona nyaman, aku ngerasa ini merupakan fase hidup aku, dimana ini saatnya aku ngerasain jenuh dengan pola hidup yang gitu gitu aja, jadi aku mulai menghindar sejenak.

Jujur, aku sekarang merasa ada sesuatu yang harus aku kejar, tapi aku masih mencari apa yang harus aku kejar, salah satu metode yang aku lakuin adalah lewat obrolan bareng orang orang yang ngerasain hal yag sama kaya aku.

Dulu yang kalau ngumpul ngomongnya cuman sekedar ocehan bualan, sekarang udah ngomongin project apa yang mau dilakuin, kerjaan apa yang bisa dijadiin duit, apapun yang mulai berbau serius deh, aku percaya sekarang, ketika definisi senang senang itu cuman sekedar ketawa ketiwi tapi menjadi sesuatu yang lebih dari pada itu.

Nah, omongan diatas tadi, tidak bisa aku temuin di semua tempat tongkrongan, kadang kalau mulai membahas masalah kaya begitu di salah satu tongkrongan isinya orang orang yang isi otaknya miras doang, kaga nyambung cuy, yang ada aku dikira mabuk duluan padahal belum minum. Atau, di tempat yang isinya orang orang yang ngomongin perempuan aja, yang ada aku disuruh pulang cuy.

Emang bener, aku ngerasa makin dewasa, ruang lingkup pergaulan aku makin dikit, percaya atau tidak, kita emang harus jalan sendiri sendiri dulu, nentuin kita mau kemana selanjutnya, seiring berjalanannya waktu, kita bakal tahu mana tempat yang bisa kita anggap rumah, mana tempat yang membuat kita tersesat layaknya labirin.

Mungkin kalian bakal ngerasain juga suatu saat, dan kalau itu terjadi sama kalian, nikmatin aja prosesnya, dan kalau ini terjadi di temen kalian, jangan kalian anggap dia gak mau berteman sama kalian, biarin aja, dia lagi berada di jalannya sendiri, suatu saat pasti balik lagi, tapi dengan pribadi yang baru, dan pengalaman hidup yang baru. Pastinya.


                               

Yoi, cerita kali ini sekian dulu, next time, kita cerita cerita lagi, makasih udah mampir, jangan sungkan buat ninggalin kritik dan saran ataupun pengalaman hidup kalian di kolom komentar dibawah. 

Wassalam!

You Might Also Like

0 komentar