Flores; Negeri Cendana Yang Tak Seharum Cendana [Vol.1]

6:42:00 AM

Melihat fenomena kartu kuning ataupun kejadian yang menimpa Asmat, izinkan saya, mahasiswa yang lebih banyak menghabiskan jam kuliah di parkiran kampus ini membagikan cerita sedikit, barang kali berguna atau tidak, nanti saja di bahasnya.

Kali ini, saya tidak akan membahas dua topik yang sedang naik daun seperti yang saya sebutkan di atas, saya akan membahas sebuah tempat yang awalnya asing namun kini saya anggap rumah.

Saya bukan pro pemerintah pusat, ataupun buzzer dari pak Jokowi, tapi saya merasakan bahwa kinerja pemerintahan di era pak Jokowi terhadap masyarakat di daerah Timur sangat besar, saya tidak berbicara berdasarkan browsing, melainkan keadaan di lapangan, saya dari bulan Juli - September 2017, melaksanakan KKN di Kec. Sambi Rampas, Kab. Manggarai Timur, Prov. Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Kelurahan Pota dan Desa Nanga Mbaling bersama 34 orang teman saya dari bebagai jurusan. Kabupaten ini merupakan paling baru dan benar benar tertinggal dari Kabupaten yang lain.

Awalnya, saya merasa jika memang pemerintah pusat buta dengan mereka yang berada di Timur, tapi saya salah, ada suatu desa di pesisir pantai di tempat saya KKN yaitu Nanga Baras, di sana akan dibangun pelabuhan berskala besar untuk kebutuhan masyarakat Manggarai Timur, yang apabila nantinya dibangun akan menimbulkan dampak signifikan bagi kehidupan masyarakat yang tidak hanya dari Manggarai Timur melainkan juga Manggarai, dan Manggarai Barat, kenapa? Karena lokasi yang strategis dan ini juga bisa membuat Manggarai Timur menjadi salah satu daerah sentral perdagangan.

Pada mulanya semua masyarakat harus pergi ke Labuhan Bajo atau Ende jika ingin mendistribusikan produksi pertanian mereka ke daerah lain, karena itu akses pelabuhan skala besar terdekat, ada pula pelabuhan Reo di Manggarai, tapi itu terlalu kecil dan hanya kapal kapal kecil yang bisa berlabuh.

Akhirnya angin segar tiba, pembangunan pelabuhan Nanga Baras memang direalisasikan oleh pemerintah pusat, tepatnya pada tahun 2013 proyek pembangunan pelabuhan ini dikerjakan, bahkan ketika tahun lalu saya KKN di sana pelabuhan tersebut sudah jadi. Namun sayang seribu sayang, pelabuhan tersebut hanya dipakai untuk orang memancing atau bahkan sekedar tempat kumpul anak anak muda menatap senja yang akan ditelan malam tepat di penghujung Barat.

Hal ini terjadi karena proyek ini dinyatakan gagal karena beberapa hal, salah satu hal yang yang paling signifikan adalah tata letak pelabuhan yang kurang jauh dan mengakibatkan pelabuhan berada di perairan dangkal, sehingga tidak memungkinkan kapal bisa bersandar, di sini saya benar benar menyayangkan, padahal dana dari pusat sudah turun dan sesuai rencana, ternyata tetap saja, perbuatan culas itu tetap ada.

Sepertinya memang segala pembangunan infrastruktur di Kab. Manggarai Timur sengaja dibuat asal asalan, contoh kedua adalah jalan, kalian boleh percaya atau tidak, jalan di Kab. Manggarai Timur, dibuka pada tahun 1997, diaspal pada tahun 2004 dari perbatasan dengan Kab. Manggarai tepatnya di Reo hingga perbatasan dengan Kab. Ngada yang tepatnya berada di kampung Marpauk, yang mengejutkan, hanya dalam kurun waktu 2 tahun dari 100% keseluruhan jalan hanya 20% saja yang baik, sisanya sudah hancur, dan sampai saat ini, tetap dibiarkan rusak.

Ya, bukan pemerintah pusat tak ingin memajukan daerah ini tetapi pemerintah daerahnya yang tak ingin membuat daerahnya maju, saya tidak ingin menyalahkan pak Jokowi, beliau sudah bekerja semaksimal mungkin, hanya saja jajaran bawahnya masih terlalu kotor akibat sifat korupsi yang mendarah daging.

Masih banyak hal lain yang saya temui terkait perbuatan culas pemerintah daerah terhadap daerahnya sendiri di Flores sana, dari mulai masalah infrastruktur, sarana kesehatan hingga pendidikan sekalipun, bahkan isu SARA masih sangat kental disana, tapi mungkin tulisan saya tidak selesai dalam sehari jika saya menulisnya dibagian ini juga, saya akan membagikan beberapa cerita lagi dilain waktu, jika saya masih ada kesempatan untuk berbagi cerita, tentunya.

Pesan saya dari tulisan ini; Jangan selalu menyalahkan pemimpin kita akan kesengsaraan suatu daerah, terkadang kita terlalu sibuk berteriak akan satu kegagalan tanpa pernah memandang dua keberhasilan yang telah dilakukan beliau.

Kita juga akan tetap berteriak salah karena kita tidak pernah tahu fakta yang terjadi di lapangan, berada di tempat tersebut barang sehari, seminggu ataupun sebulan mungkin sedikit menyadarkan kita apa yang sebenarnya terjadi, dan satu hal lagi, sebagai mahasiswa yang katanya generasi penerus bangsa, jangan pernah lelah menyuarakan keadilan lewat jalan kita masing masing!

Wassalam.

— 2018.

You Might Also Like

0 komentar